87 20 Kerangka Pokok Pendidikan Islam: Muhammad Thalib: asupan ILAHI agar tak salah mendidik Amanat-nya BUKU 1: Ibrahim Amini: 297.437 IBR a: 478: DALAM DEKAPAN UKHUWAH, dalam dekapan ukhuwah, kita mengambil cinta dari langit. lalu menebarkannya di bumi. sungguh di surga, menara-menara cahay menjulang untuk hati yang saling mencinta NilaiNilai Pendidikan Karakter dalam Serat Wulang Reh. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Serah Wedhatama Ahmad Nashih Luthfi, dkk Unggul Sudrajat Muchson AR Penyunting: Urban Piktorial Upacara Garebek di Yogyakarta: Arti dan Sejarahnya Riyadi Goenawan & Darto Harnoko -4 979-602-8335-81-2 978-602-8335-23-2 Editor: M Nursam bahrulhuda , 2611413019 (2019) kajian filologis dalam serat pratelan wÊŞi aji miwah serat primbon jati 1837. under graduates thesis, unnes. pengembangan buku kerja menulis cerita berbasis konteks sebagai implementasi pitutur serat wedhatama pupuh pangkur untuk pembelajaran tembang kelas x sma n 1 gombong. under graduates thesis, unnes. Fast Money. Parafrase/ Gancaran Tembang Gambuh Serat Wedhatama - Please bantuin ya…1. Tulisen gancaran/parafrase tembang gambuh ing nduwur gawa bahasamu dewe!2. - Tembang gambuh wedhatama pada 13-18 Negesi Tembang Gambuh KELAS 8 - Media Pembelajaran Online Guru Spensaka SMPN1KALIMANAH poin besar gan, tolong buatin arti, gancaran, sama amanat dari gambuh pada 32-35 diatas ty - Negesi Tembang Gambuh KELAS 8 - Media Pembelajaran Online Guru Spensaka SMPN1KALIMANAH - NO TEMBANG GANCARAN 1 Samengko ingsun tutur sembah catur supaya lumuntur dihin raga cipta jiwa rasa kaki ing kono lamun tinemu tandha Course Hero Tolong carikan isi tembang gambuh Plis… - Pupuh Gambuh PDF Tembang Gambuh PDF Video Pembelajaran Piwulang 2 Gancaran Tembang Gambuh - YouTube Gancaran tembang gambuh pada 29 dan 30​ √ 23+ Contoh Tembang Gambuh {Makna, Watak, Paugeran, Gancaran} tolong yang bisa bahasa jawa - Serat Wedhatama Pupuh - GAMBUHLangkah Catur Sembah 48 Samengko ingsun tutur Kelak saya bertutur Sembah catur supaya lumuntur Empat macam Course Hero Tembang gambuh wedhatama pada 13-18 √ 23+ Contoh Tembang Gambuh {Makna, Watak, Paugeran, Gancaran} Contoh Tembang Macapat Gambuh Beserta Artinya Tembang Gambuh Serat Wedhatama dan Artinya » RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 2 Contoh Tembang Gambuh Tema Pendidikan – Sedang RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 2 Satuan Pendidikan SMP GAJAH MUNGKUR 6 NGADIROJO Mata Pelajaran Bahasa Jawa Kelas/Semeste Pupuh Gambuh PDF Pengertian, Watak, Paugeran dan Makna Tembang Kinanthi Serat Wedhatama - Tembang Sinom Serat Wedhatama Paugeran, Piwulang, dan Gancaran dalam Bahasa Jawa Pelajar Web Id Website Pendidikan Gratis 6 Contoh Tembang Gambuh dan Artinya Secara Lengkap - Seni Budayaku Contoh Tembang Gambuh Tema Pendidikan – Sedang √ 21+ Contoh Tembang Gambuh serta Pengertian, Sejarah dan Fungsinya Arti Parafrase/Gancaran Tembang Pucung Serat Wedhatama Pada 1-7 - √ 11 Jenis Tembang Macapat Beserta Contohnya [Lengkap] Serat Wedhatama Pupuh Gambuh – Tembang gambuh wedhatama pada 13-18 √ 23+ Contoh Tembang Gambuh {Makna, Watak, Paugeran, Gancaran} - NO TEMBANG GANCARAN 1 Samengko ingsun tutur sembah catur supaya lumuntur dihin raga cipta jiwa rasa kaki ing kono lamun tinemu tandha Course Hero 2 Tembang Gambuh - Sing Nggawe Tembung Kawi ~ Kejawen Wetan Tolong di bantu Membuat tembang gambuh tema budaya Jawa Pitutur Luhur 1 PDF PDF Serat Wedhatama Pupuh Pangkur - PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI OPTIMALISASI MULOK Oleh Sri Tembang Gambuh Tema Pendidikan – Lektur Indo Kelas Vi Tema 2 Subtema 2 Pb 3 Watak lan Sasmitane Tembang Macapat - YouTube Kepriye gancarane tembang gambuh ing dhuwur Contoh Soal Macapat √ 23+ Contoh Tembang Gambuh {Makna, Watak, Paugeran, Gancaran} Contoh Tembang Gambuh Tema Pendidikan – Sedang Ana pocapanipunadiguna adigang adigungpan adingang kidang adigung pan esthiadiguna ula ikutelu - Tembang gambuh wedhatama pada 13-18 Tembang Gambuh Tema Pendidikan – Lektur Indo Macapat - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Tembang Gambuh Serat Wulangreh worksheet Tugas B. Jawa 3 Tegar Budi Setiawan PDF Teges Gambuh lan Watak Tembang Gambuh Contoh Tembang Macapat Gambuh dan Pesan Didalamnya √ 23+ Contoh Tembang Gambuh {Makna, Watak, Paugeran, Gancaran} 15 Contoh Tembang Megatruh dan Terjemahannya Secara Lengkap - Seni Budayaku Tembang gambuh wedhatama pada 13-18 PUPUH POCUNG Beserta Artinya » 11 Tembang Macapat Pengertian, Sejarah, Jenis dan Contohnya Lengkap Contoh Tembang Gambuh Tema Pendidikan – Sedang ana pocanipun Adiguna adigang adigung pan adigang kidang adigung pan esthi Adiguna ula iku , telu - Tembang Gambuh Pengertisn, Paugeran, Contoh, Watak Lengkap! Parafrase/ Gancaran Tembang Gambuh Serat Wedhatama - Macam-macam Tembang Macapat dan Pembahasannya Lengkap Pelajar Web Id Website Pendidikan Gratis √ 12+ Contoh Tembang Gambuh beserta Penjelasannya Lengkap Serat Wedhatama Pupuh Gambuh Beserta Artinya Lengkap - Jurnal Berita Informasi √15+ Contoh Tembang Gambuh Watak, Makna & Paugeran Tembang Gambuh Pengertisn, Paugeran, Contoh, Watak Lengkap! Contoh Tembang Macapat Gambuh dan Pesan Didalamnya PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MATERI SERAT WEDHATAMA PUPUH GAMBUH DENGAN METODE INTEGRATIF UNTUK KELAS XI SMK NEGERI 1 PEMALANG - PDF Download Gratis √ 21+ Contoh Tembang Gambuh serta Pengertian, Sejarah dan Fungsinya Contoh Tembang Gambuh Tema Pendidikan – Sedang √ 23+ Contoh Tembang Gambuh {Makna, Watak, Paugeran, Gancaran} Serat Wulangreh Pupuh Durma - Sinau Bareng Tembang Gambuh Watak, Ciri - Ciri, Contoh, dan Artinya - Gravity Cinta 13+ Tembang Gambuh Lengkap Dengan Contoh, Arti dan Penjelasan Serat Wedhatama Pupuh Gambuh - Berbagi Informasi PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MATERI SERAT WEDHATAMA PUPUH GAMBUH DENGAN METODE INTEGRATIF UNTUK KELAS XI SMK NEGERI 1 PEMAL Tembang Gambuh Tema Pendidikan – Lektur Indo PDF Macapat Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Ki Agenk Selo - 25 Tembang Durma dalam Bahasa Jawa Secara Lengkap - Seni Budayaku Arti, Parafrase/ Gancaran dan Amanat Tembang Kinanthi Serat Wedhatama - PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MATERI SERAT WEDHATAMA PUPUH GAMBUH DENGAN METODE INTEGRATIF UNTUK KELAS XI SMK NEGERI 1 PEMALANG - PDF Download Gratis Arti Tembang Serat Wedhatama Pupuh Pangkur dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa Bahasa, Bahasa indonesia, Indonesia PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MATERI SERAT WEDHATAMA PUPUH GAMBUH DENGAN METODE INTEGRATIF UNTUK KELAS XI SMK NEGERI 1 PEMAL Contoh Soal Bahasa Jawa Macapat Soal Gambuh Kelas 11 – WULANGAN 2 KELAS 8 Teks Piwulang Serat Wulangreh Pupuh Gambuh - ESPENDUEMJI CLASS buatlah tembang gambuh menggunakan aksara jawa jangan lupa beserta artinya - Bahasa Jawa Serat Wedhatama Pupuh Kinanti PDF Sinau Budaya Jawa Gambuh Tegese Guru Gatra, Wilangan, lan Lagu – ideBeasiswa Kumpulan Contoh Tembang Macapat Lengkap dengan Penjelasannya - Rejeki Nomplok Video Pembelajaran Piwulang 2 Gancaran Tembang Gambuh - YouTube Buku Bahasa Jawa Kelas X [5lwo59d368qj] PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MATERI SERAT WEDHATAMA PUPUH GAMBUH DENGAN METODE INTEGRATIF UNTUK KELAS XI SMK NEGERI 1 PEMALANG - PDF Download Gratis √ 12+ Contoh Tembang Gambuh beserta Penjelasannya Lengkap Kel1 Gambuh 1-7 Daftar Tembang Macapat Dan Maknanya - Gramedia Literasi Piwulang Jawi Journal of Javanese Learning and Teaching LAPORAN INDIVIDU KEGIATAN PRAKTIK LAPANGAN PPL diampu adalah mata pelajaran Bahasa Jawa untuk kelas XII … Sesorah, Pranatacara, Tembang Macapat, Karangan Berbahasa Jawa, - [PDF Document] Warga Yogyakarta ikut nembang macapat di Pendapa Wiyata Praja Kompleks Kepatihan. foto adnBudaya Jawa memiliki banyak sekali karya sastra. Tak sekedar karya sastra, melainkan sebuah karya yang sarat akan makna filosofis bagi hidup manusia. Salah satunya adalah Serat Wedhatama karya sastra yang diciptakan dalam huruf Jawa dan dibacakan dengan cara tembang alias macapat. Serat Wedhatama diciptakan oleh KGPAA Mangkunegara IV. Menurut KMT Projo Swasono, yang merupakan Abdi Dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, serat tersebut diciptakan di Kadipaten Mangkunegaran Surakarta. Serat tersebut sangat bagus sebab mengandung banyak ajaran mengenai kehidupan manusia."Itu berisi nasihat-nasihat, larangan-larangan tentang kehidupan manusia," pungkas KMT Projo Swasono yang merupakan Abdi Dalem yang bertugas mengurus sekolah macapat pada Selasa 17/12/2019 di Pendapa Swasono berujar bahwa pada masa zaman dahulu, Serat Wedhatama diciptakan KGPAA Mangkunegara IV untuk memerintah kerabat, abdi dalem, dan kawula di Mangkunegaran. Hingga bertahun-tahun serat tersebut bertahan di budaya masyarakat Jawa, rupanya bukan nilainya semakin kabur melainkan banyak nilai yang masih relevan hingga kini."Ternyata nasihat-nasihat, larangan-larangan itu relevansinya sangat tinggi apabila dilaksanakan masyarakat pada umumnya bahkan sampai sekarang," Serat Wedhatama berupa anjuran, larangan, dan juga perintah. Serat Wedhatama menurut KMT Swasono memiliki banyak sekali tembang. Totalnya ada 11 tembang. Akan tetapi di Dialog Budaya dan Gelar Seni "YogyaSemesta" Khusus Seri-124 kali ini hanya 5 tembang yang dibawakan. Diantaranya yang ditampilkan ialah Pangkur, Sinom, Pocong, Gambu, ada Kinathi."Lima tembang saja. Sementara tembang itu ada 11. Di sini YogyaSemesta hanya 5 saja yang dibawakan," YogyaSemesta membahas tentang Serat Wedhatama melalui tembang macapat. foto BirgitaBerkaitan dengan budaya dan perkembangan zaman, tentunya perkembangan budaya punya andil dalam keberadaan nilai budaya tersebut. Terkadang nilai-nilai luhur budaya salah satunya dalam Serat Wedhatama bisa luntur jika tak ada yang melestarikan di era saat ini. KMT Swasono mengatakan bahwa perlu bagi generasi khususnya di era saat ini untuk kembali memaknai ajaran dalam Serat saat ini tembang yang mulanya hanya ada dalam bahasa Jawa, membuat sebagian peneliti mencoba untuk mengubah ke dalam bahasa latin. Juga dialihbahasakan ke dalam Bahasa Indonesia dengan harapan agar masyarakat kini, terutama generasi era ini bisa memahami makna tanpa terkendala persoalan salah satu upaya pemerintah dalam mempertahankan nilai Serat Wedhatama adalah memperkenalkan melalui salah satu nilai keistimewaan yang diperkenalkan dalam Hamemayu Hayuning Bawono. Pemerintah berusaha untuk mempertahankan nilai tersebut dengan berbagai cara mulai dari memperkenalkan ajaran pada masyarakat dan mempertunjukannya."Tujuan dari pemerintah untuk mengenalkan ajaran-ajaran yang diberikan oleh pendahulu kita. Setelah mengenal, kemudian meresapi, kemudian melakukan nasihat-nasihat itu," ungkapnya. - Serat Wedhatama berisi lima tembang macapat pupuh dan terdiri atas 100 bait. Kelima pupuh itu adalah pangkur, sinom, pocung, gambuh, dan kinanthi. Serat tersebut memuat pesan-pesan yang mendorong manusia berbudi luhur dalam Wedhatama merupakan salah satu karya sastra Jawa legendaris karya dari Adipati Kadipaten Mangkunegaran, yakni Mangkunegara IV. Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV lahir pada 3 Maret 1811, dengan nama kecil Raden Mas Sudira. Dia naik takhta ketika berusia 47 tahun, tepat tanggal 16 Agustus hanya satu dari beberapa karya Mangkunegara IV. Soetomo Siswokartono, dalam Sri Mangkunagara IV Sebagai Penguasa dan Pujangga 2006257, mencatat sejumlah karya penting lain yang ditulis Mangkunegara IV, yakni Serat Warayagnya, Serat Wirawiyata, Serat Darmawasita, Serat Salokatama, dan Serat Paliatma. Baca juga Ramai-ramai Mengeroyok Pangeran Sambernyawa Sejarah Kadipaten Mangkunegaran Setelah Indonesia Merdeka Mengutip ulasan berjudul "Nilai-nilai Budaya Jawa dalam Serat Wedhatama" yang ditulis Sumarno dalam Jurnal Patrawidya Vol. 15, No. 2, 2014, sastra Jawa kuno biasanya dibuat oleh kalangan pujangga keraton. Serat Wedhatama merupakan salah satu yang paling Serat Wedhatama bahkan memengaruhi sejumlah karya seni kontemporer. Sebagai contoh, musikus Gombloh pernah memasukkan sebagian lirik Serat Wedhatama dalam lagu karyanya, "Hong Wilaheng."Nilai-nilai Jawa dan Islam bertautan secara erat dalam Serat Wedhatama. Mangkunegara IV yang dibesarkan dalam budaya Jawa dan tradisi Islam kejawen yang kental seperti menjunjung tinggi budaya Jawa, dan kewajiban manusia untuk melaksanakan perintah Tuhan dapat ditemui dalam Serat asli Serat Wedhatama hingga kini disimpan di Perpustakaan Reksapustaka Mangkunegaran di Surakarta. Berikut isi Serat Wedhatama beserta terjemahannya dalam bahasa Indonesia, seperti dikutip dari Jurnal Patra Widya 2014 274-290.PUPUH I PANGKURMingkar-mingkur ing angkara/akarana karenan mardi siwi/sinawung resmining kidung/sinuba-sinukarta/mrih kretarta pakartining ilmu luhur/kang tumrap ing tanah Jawa/agama ageming Aji//Menghindar dari kejahatan, karena senang mendidik anak, Dibuat dalam bentuk nyanyian yang indah, Dibuat baik dan indah, Agar sejahtera pada perilaku ilmu luhur, yang diterapkan di tanah Jawa, Agama sebagai pegangan raja. Jinejer neng wedhatama/mrih tan kemba kembanganing pambudi/mangka nadyan tuwa pikun/yen tan mikani rahsa/yekti sepa sepi lir sepah asamun/samangsane pakumpulan/gonyak-ganyuk nglelingsemi// Dijelaskan dalam Wedatama, Agar tidak kendor dalam berusaha, Padahal walau tua renta, Kalau tidak mengetahui jiwa, Sungguh tidak enak seperti ampas tidak berguna, ada saat pertemuan, Tidak sopan membuat malu. Gugu karsane priyangga/nora nganggo peparah lamun angling/Lumuh ingaran balilu/Uger guru aleman/Nanging janma ingkang wus waspadeng semu/Sinamun ing samudana/Sesadoningadu manis// Semaunya sendiri, Tidak memakai aturan kalau berkata, Tidak mau dikatakan bodoh, Mengikuti teladan sanjungan, Tetapi manusia yang sudah bijaksana terhadap simbol Disamarkan dalam perangainya, Semuanya diterima dengan baik. Si pengung nora nglagewa/ Sangsayarda denira cecariwis/ Ngandhar-andhar angendhukur/ Kandhane ora kaprah/ Saya elok alangka longkangipun/ Si wasis waskitha ngalah/ Ngalingi marang si pingging//Orang yang bodoh tidak menduga, Semakin meluas dalam berbicara, Panjang lebar tidak berisi Perkataannya tidak karuan, Semakin menjadi-jadi kebohongannya, Si orang yang pandai bijaksana mengalah, Menutupi kepada orang yang bodoh. Mangkono ngelmu kang nyata/ Sanyatane mung weh reseping ati/ Bungah ingaran cubluk/ Sukeng tyas yen den ina/ Nora kaya si punggung anggung gumunggung/ Ugungan sadina-dina/ Aja mangkono wong urip// Demikian ilmu yang sesungguhnya, Sesungguhnya hanya memberikan kesenangan di hati, Senang jika dikatakan bodoh, Senang hatinya jika dihina, Tidak seperti orang yang bodoh selalu sombong, Senang disanjung setiap hari, Janganlah demikian orang hidup itu. Uripe sepisan rusak/ Nora mulur nalare ting saluwir/ Kadi guwa gung asirung/ Sinerang ing maruta/ Gumarenggeng anggereng anggung gumunggung/ Pindha padhane si mudha/ Prandene kudu kumaki// Hidupnya sekali saja rusak, Tidak luas pikirannya bercabang-cabang, Seperti gua besar yang menakutkan, Diterjang oleh angin, Bergema membahana menakutkan, Itu sama ibaratnya dengan si bodoh, Namun demikian sangat sombong. Kikisane mung sapala/ Palayune ngandelken yayah bibi/ Bangkit tata-basa luhur/ Telesih tatakrama/ Balik sira sarawungan bae durung/ Wruh atining tatakrama/ Nggon-anggon agama suci// Perbatasannya hanya sedikit, Akhirnya mengandalkan ayah ibunya, Pandai berbahasa halus, Cermat tatakramanya, Sebaliknya dirimu kenal saja belum, Mengetahui inti tatakrama, penerapannya agama suci. Socaning jiwangganira/ Jer katara lamun pocapan pasthi/ Lumuh kasor kudu unggul/ Sumengguh sesongaran/ Yen mangkana kena ingaran katungkul/ karem ing reh kaprawiran/ Nora enak iku kaki// Mata hati dalam jiwamu, Pasti selalu kelihatan kalau berbicara, Tidak mau kalah harus menang, Merasa bisa menyombongkan diri, Kalau demikian itu dapat disebut terlena, Senang terhadap kesaktian, Tidak enak itu nanda. Kekerane ilmu karang/ Kekarangan saking bangsaning gaib/ Iku boreh paminipun/ Tan rumasuk ing jasad/ Among aneng sajabaning daging kulup/ Yen kapengkok pancabaya/ Ubayane balenjani// Tempatnya ilmu tebakan, Karangan dari yang gaib, Itu bedak param umpamanya, Tidak masuk ke dalam badan, Hanya di luar daging saja nanda, Kalau terkena bencana, Akhirnya mengingkari. Marma ing sabisa-bisa/ Bebasane muriha tyas basuki/ Puruhita ingkang patut/ Lan traping angganira/ Ana uga angger ugering kaprabun/ Abon-aboning panembah/ Kang kambah ing siyang ratri// Oleh sebab itu sedapat mungkin, Ibaratnya berusahalah agar hati selamat, Mengabdilah dengan baik, Sesuai dengan keadaan dirimu, Ada juga norma pedomannya kerajaan, Awalnya sembah, Yang dilakukan siang malam. Iku kaki takokena/ Marang para sarjana kang maratapi/ Mring tapaking tepa tulus/ Kawawa nahan hawa/ Wruhanira mungguh sanyataning ilmu/ Tan pasthi neng janma wredha/ Tuwin mudha sudra kaki// Itu nanda tanyakanlah, Kepada para bijak yang bertapa, Terhadap perilaku tulus ikhlas, Mampu menahan hawa nafsu, Ketahuilah bahwa sesungguhnya ilmu Tidak pasti ada pada orang tua, Serta muda maupun hina nanda. Sapantuk wahyuning Allah/ Gya dumilah mangulah ngelmu bangkit/ Bangkit mikat reh mangukud/ Kukutaning jiwangga/ Yen mangkono kena ingaranan sepuh/ Lire sepuh sepi hawa/ Awas roroning atunggil// Siapa yang mendapat anugerah Tuhan, Akan pandai menerapkan ilmu yang baik, Mampu menarik perintah kesempurnaan, Lepasnya jiwa raga, Kalau demikian itu dapat disebut orang tua, Maksudnya tua sudah jauh dari hawa nafsu, Mengetahui “dwi tunggal”. Tan samar pamoring Suksma/ Sinuksamaya winahya ingasepi/ Sinimpen telenging kalbu/ Pambukaning warana/ Tarlen saking liyep layaping aluyup/ Pindha pesating supena/ Sumusup ing rasa jati// Tidak samar bersatunya hamba-tuhan, Diresapi dengan rasa yang khususk, Disimpan di tengah kalbu, Sebagai pembuka pintu penyekat, Tidak lain dengan cara transenden, Seperti melesatnya mimpi, Menyusup dalam rasa sejati. Sajatine kang mangkana/ Wus kakenan nugrahaning Hyang Widhi/ Bek alaming asuwung/ Tan karem karameyan/ Ingkang sifat wisesa winisesa wus/ Mulih mula mulanira/ Mulane wong anom sami// Sesungguhnya yang demikian itu, Sudah memperoleh anugerah Tuhan, Berwatak dalam dunia hening, Tidak suka keramaian, Yang bersifat kuasa dan menguasai sudah, Kembali kepada asal-muasalnya, Maka anak muda semuanya. PUPUH II SINOM Nulada laku utama/ Tumraping wong tanah Jawi/ Priyagung ing Ngeksiganda/ Panembahan Senopati/ Kapati amarsudi/ Sudaning hawa lan nepsu/ Pinesu tapa brata/ Tanapi ing siyang ratri/ Amemangun karyenak tyasing sasama// Teladanilah watak utama, Bagi orang di tanah Jawa, Raja di Ngeksiganda, Panembahan Senapati, Selalu mencari, Kurangnya hawa dan nafsu, Dilakukan dengan bertindak tapa brata, Baik siang maupun malam, Berbuat enak/baik terhadap hati orang lain. Samangsane pasamuwan/ Memangun marta martani/ Sinambi ing saben masa/ Kala-kalaning asepi/ Lelana teki-teki/ Nggayuh geyonganing kayun/ Kayungyun eninging tyas/ Sanityasa pinrihatin/ Puguh panggah cegah dhahar lawan nendra// Ketika dalam pertemuan, Berbuat baik terhadap sesama, Sambil setiap waktu, Ketika sedang hening, Berkelana berprihatin, Mencapai pedoman segalanya, Senang terhadap heningnya hati Selalu berprihatin, Selalu mengurangi makan dan tidur. Saben mendra saking wisma/ Lelana laladan sepi/ Ngingsep sepuhing supana/ Mrih pana pranaweng kapti/ Titising tyas marsudi/ Mardawaning budya tulus/ Mesu reh kasudarman/ Neng tepining jalanidi/ Sruning brata kataman wahyu jatmika// Setiap pergi dari rumah, Berkelana di tempat yang sepi, Mencari ilmu agar mengetahui, Agar mengetahui kehendak hati, Ketepatan hati mencari, Irama hati yang ikhlas, Melatih jiwa kebaikan, Di tepian samudera, Seringnya bertapa memperoleh anugerah yang baik. Wikan wengkoning samodra/ Kederan wus den ideri/ Kinemat kamot ing driya/ Rinegem sagegem dadi/ Dumadya angratoni/ Nenggih Kangjeng Ratu Kidul/ Ndedel nggayuh gegana/ Umara marak maripih/ Sor prabawa lan priyagung Ngeksiganda// Mengetahui luasnya samudera, Di kelilingi sudah dikelilingi, Dikuasai dalam inderanya, Digenggam menjadi satu genggaman, Menjadi penguasa, Yaitu Ratyu Kidul, Terbang mencapai angkasa, Datang mendekat bersujud, Kalah perbawa dengan satria Ngeksiganda. Dahat denira aminta/ Sinupeket pangkat kanthi/ Jroning alam palimunan/ Ing pasaban saben sepi/ Sumanggem anyanggemi/ Ing karsa kang wus tinamtu/ Pamrihe mung ameminta/ Supangate teki-teki/ Nora ketang teken janggut suku jaja//Sangat dalam memintanya, Agar dipererat dengan cara, Di dalam alam gaib, Ditemui saat sepi, Siap menyanggupi, Terhadap semua yang sudah ditentukan, Maksudnya hanya meminta, Safaat dari yang bertapa, Walau dengan “tongkat dagu berkaki dada. Prajanjine abipraya/ Saturun-turuning wuri/ Mangkono trahing awirya/ Yen maksih amesu budi/ Dumadya glis dumugi/ Iya ing sakarsanipun/ Priyagung nGeksiganda/ Nugrahane prapteng mangkin/ Trah tumerah darahe padha wibawa// Perjanjiannya selalu, Semua keturunannya kelak, Demikian keturunan bangsawan/luhur, Jika masih melatih jiwa, Akan segera tercapai, Ya terhadap segala kehendaknya, Satria Mataram, Anugerahnya sampai sekarang, Turun temurun keturunannya semua luhur. Ambawani tanah jawa/ Kang lagya jumeneng Aji/ Satriya dibya sumbaga/ Tan lyan trahing Senapati/ Pan iku pantes ugi/ Tinulad labetanipun/ Ing sakuwasanira/ Enak lan jaman samangkin/ Sayektine tan bisa ngepleki kuna// Menguasai Tanah Jawa, Yang sedang menjadi raja, Satria yang unggul, Tidak lain adalah keturunan Senapati, Hal itu pantas juga, Diteladani jasanya, Sebatas kemampuannya, Enaknya dengan jaman sekarang, Sungguh tidak dapat sama dengan dahulu. Lowung kalamun tinimbang/ Ngaurip tanpa prihatin/ Nanging ta ing jaman mangkya/ Pra muda kang den karemi/ Manelad nulad Nabi/ Nayakengrat Gusti Rasul/ Anggung ginawe umbak/ Saben seba mampir masjid/ Ngajap ajap mukjijat tibaning drajat// Sudah baik kalau dibandingkan, Hidup tanpa prihatin, Tetapi pada masa sekarang, Anak muda yang digemari, Meneladani para nabi, Mengabdi pada Nabi, Selalu dibuat gelombang, Setiap menghadap singgah di masjid, Mengharap datangnya mukjijat kedudukan Anggung angubel syariat/ Saringane tan den wruhi/ Dalil kadis lan ijemak/ Qiyase nora mikani/ Katungkul mungkul sami/ Bangkrak aneng masjid agung/ Kalamun maca kutbah/ Lelagone dhandhanggendhis/ Swara arum ngumandhang cengkok palaran// Selalu mempelajari syariat, Intinya tidak diketahui, Dalil hadis dan ijmak, Tidak mengetahui qiyasnya, Terlena terhadap, Berada di masjid agung, Kalau membaca kutbah, Nyanyiannya dhandhanggula, Suara merdu membahana model palaran. Lamun sira paksa nelad/ Tuladane kangjeng Nabi/ Angger kadohan panjangkah/ Wateke tan betah kaki/ Rehne ta sira Jawi/ Sathithik bae wis cukup/ Aja guru aleman/ Nelad khas ngepleki Pekih/ Lamun pengkuh pangangkah yekti karamat// Kalau kamu terpaksa meneladani, Keteladanannya Nabi, Nanda terlalu jauh cita-citamu, Wataknya tidak kuat nanda, Oleh karena kamu orang Jawa, Sedikit saja sudah cukup, Jangan suka disanjung, Meneladani menyamai fiqih, Kalau kuat cita-citamu sungguh mendapat rahmat. Nanging enak ngupa boga/ Rehne ta tinitah langip/ Apa ta suwiteng Nata/ Tani tanapi agrami/ Mangkono mungguh mami/ Padune wong dahat cubluk/ Durung wruh cara Arab/ Jawane bae tan ngenting/ Parandene paripaksa mulang putra// Tetapi enak mencari nafkah, Karena diciptakan langip, Apa mengabdi pada raja, Petani ataupun berdagang, Demikian itu jika saya, Oleh karena sangatlah bodoh, Belum mengetahui cara Arab, Jawanya saja tidak sempurna, Namun demikian terpaksa mendidik anak. Saking duk maksih taruna/ Sadhela wus anglakoni/ Aberag marang agama/ Maguru anggring kaji/ Sawadine tyas mami/ Banget wediku ing besuk/ Pranatan akhir jaman/ Tan tutuk kaselak ngabdi/ Nora kober sembahyang gya tinimbalan// Karena ketika masih muda, Sebentar sudah melaksanakan, Bersemangat terhadap agama, Berguru pada setiap kiai, Perasaan dalam hatiku, Sangat takutnya saya kelak, Pada peraturan akhir jaman, Tidak selesai keburu mengabdi, Tidak sempat bersembahyang segera dipanggil. Marang ingkang angsung pangan/ Kasuwen pan den dukani/ Abubrah kuwur tyasingwang/ Lir kiyamat saben ari/ Bot Allah apa Gusti/ Tambah tambuh solahingsun/ Lawas-lawas grahita/ Rehne ta suta priyayi/ Yen mamriha dadi kaum temah nistha// Oleh yang memberi nafkah Jika Terlalu lama di marahi Rusak kacau hatiku Seperti kiamat setiap hari Berat tuhan ataukah tuan Semakin kacau keadaanku Lama-lama merasa/berpikir Oleh karena anak bangsawan Kalau menginginkan menjadi juru doa sangat hina. Tuwin ketib suragama/ pan ingsun nora winaris/ angurbaya ngantepana/ pranatan wajibing urip/ lampahan angleluri/ aluraning pra leluhur/ kuna kumunanira/ kongsi tumeka samangkin/ kikisane tan lyan amung ngupa boga// Serta kotib ahli agama saya tidak diwarisi lebih baik memantapkan aturan kewajiban hidup tindakan melestarikan jalurnya para leluhur/pendahulu sejak dahulu kala sampai sekarang pada akhirnya tidak lain mencari makan Bongga kang tan mrelokena/ mungguh ugering ngaurip/ uripe lan tri prakara/ wirya arta tri winasis/ kalamun kongsi sepi/ saka wilangan tetelu/ telas tilasing jalma/ aji godhong jati aking/ temah papa papatiman ngulandara// Mustahil yang tidak mementingkan adapun pedoman hidup hidupnya dengan 3 perkara jabatan/kedudukan uang ketiga pandai kalau sampai tidak memiliki dari ketiga hal itu habislah jejak sebagai manusia seharga daun jati kering akhirnya menderita terlunta-lunta mengembara Kang wus waspada ing patrap/ mangayut ayat winasis/ wusana wosing jiwangga/ melok tanpa aling-aling/ kang ngalingi kalingling/ wenganing rasa tumlawung/ keksi saliring jaman/ angalangut tanpa tepi/ yeku aran tapa tapaking Hyang Suksma// Yang sudah sempurna dalam tindakan membaca ayat sangat pandai akhirnya inti jiwanya jelas tanpa terhalang yang menghalangi kelihatan terbukanya rasa terang-benderang kelihatan semua jaman jauh sekali tanpa batas itulah yang disebut mencari jejak Tuhan Mangkono janma utama/ Temen-tumemen ing sepi/ ing saben rikala masa/ mangsah amemasuh budi/ laire anetepi/ ing reh kasatriyanipun/ susila anoraga/ wignya met tyasing sasami/ yeku wong kang ingaran berag marang agama// Begitulah itu manusia utama Senang dalam kesepian pada setiap waktunya mengasah ketajaman pikiran lahirnya mentaati terhadap kedudukan satrianya sopan santun menarik hati pandai mengambil hati sesamanya itulah yang dinamakan orang senang terhadap agama Ing jaman mengko pan ora/ arahe para taruni/ yen antuk tuduh kang nyata/ nora pisan den lakoni/ banjur ngluhurken kapti/ kakekne arsa winuruk/ ngandelken gurunira/ pandhitaning praja sidik/ tur wus manggon pamucunge mring makripat// Pada jaman sekarang tidak tujuan para muda kalau memperoleh petunjuk yang benar tidak pernah dilakukan kemudian menyombongkan keinginan kakeknya akan dinasihati mengandalkan gurunya pendetanya kerajaan sakti lagi pula sudah mencapai puncak makrifat. PUPUH III POCUNG Ngelmu iku kalakone kanthi laku/lekase lawan kas/tegese kas nyantosani/setya budya pangekesing dur angkara// Ilmu itu tercapainya dengan proses awalnya dengan niat yang keras artinya keras membuat bersemangat setia berusaha menghancurkan kejahatan Angkara gung/neng angga anggung gumulung/gegolonganira/tri loka lekere kongsi/yen den umbar ambabar dadi rubeda// Kejahatan besar di badan berusaha diatasi penggolongannya sampai tiga dunia secara bulat kalau dibiarkan berkembang menjadi penghambat. Beda lamun wus sengsem rehing asamun/Semune ngaksama/Sasamane bangsa sisip/ Sarwa sareh saking Mardi martotama// Berbeda kalau sudah senang pada keheningan, Tampaknya memaafkan, Semua kesalahan sesama, Serba sabar karena berwatak utama. Tuman limut durgameng tyas kang weh limput/karem ing karamat/karana karoban ing sih/sihing sukma ngrebda saardi gengira/ Terbiasa meredam gelora hati yang membuat terlena, senang pada keramat, karena dipenuhi kasih, kasih Tuhan berkembang sebesar gunung. Yeku patut tinulad tulad tinurut/sapituduhira/aja kaya jaman mangkin/keh pra muda mundi dikir lapal makna// Itu pantas diteladani dan diikuti segala petunjuknya jangan seperti jaman sekarang banyak pemuda memuja bacaan zikir dan artinya Durung pecus kasusu kaselak besus/ amaknani lapal/ kaya sayid weton Mesir/ pendhak-pendhak angendhak gunaning janma// Belum mampu tergesa-gesa ingin tampak bagus dalam memberikan makna bacaan seperti ahli agama dari Mesir setiap saat merendahkan kepandaian orang Kang kadyeku kalebu wong ngaku-aku/ akale alangka/ eloke jaman den mohi/ paksa ngangkah amet kawruh saking Mekah// Yang seperti itu termasuk orang yang mengaku diri akalnya tidak ada keajaiban jaman ditolak memaksakan diri menggapai pengetahuan dari Mekah Nora weruh rosing rasa kang rinuruh/ lumeket ing ngangga/ anggere pada marsudi/ kana kene kahanane nora beda// Tidak mengetahui inti rasa yang dicari melekat di badan asalkan semua mencari disana sini keadaannya tidak berbeda Uger lugu denta mrih pralebdeng kalbu/ yen Kabul kabuka/ ing drajat kajating urip/ kaya kang wus winahyeng sekar Srinata// Asalkan lugas dalam berupaya menyempurnakan hati kalau tercapai akan terbuka pada derajat tujuan hidup seperti yang sudah disampaikan dalam tembang sinom Basa ilmu mupakate lan panemu/ pasahe lan tapa/ yen satriya Tanah jawi/ kuna-kuna kang ginilut tri prakara// Tentang ilmu cocok dengan pendapat manjurnya dengan bertapa kalau satria Jawa zaman daulu yang dipelajari 3 perkara Lila lamun kelangan nora gegetun/ trima yen kataman/ sakeserik sameng dumadi/ tri legawa nalongsa srah ing Bathara// Ikhlas kalau kehilangan tidak menyesal menerima kalau terkena fitnah sesama makhluk ketiga tulus ikhlas menderita berserah kepada Tuhan Bathara gung inguger jroning jejantung/ jenek Hyang Wisesa/ pasenedan papan suci/ nora kaya si mudha mudhar angkara// Tuhan yang maha Besar diikat dalam jantung senang terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai tempat berlindung yang suci tidak seperti si bodoh mengumbar kejahatan Nora uwus kareme anguwus-uwus/ uwuse tan ana/ mung janjine muring-muring/ kaya buta buteng betah nganiaya// Tidak berhenti kesenangannya mencela maknanya tidak ada hanya janjinya marah-marah seperti raksasa murka suka menganiaya Sakeh luputing angga tansah linimput/ linimpet ing sabda/ narka tan ana udani/ lumuh ala hardhane ginawe gada// Semua kesalahan dalam diri selalu dilupakan dibungkus dengan perkataan menyangka tidak ada yang mengetahui tidak mau jelek kemarahannya sebagai senjata Durung punjul ing kawruh kaselak jujul/ kaseselan hawa/ cupet kapepetan pamrih/ tangeh nedya anggambuh mring Hyang Wisesa// Belum berlebih ilmunya tergesa-gesa ingin unggul Diselipi hawa nafsu Tidak mampu menggapai karena tertutup ditutupi maksud lain mustahil ingin mengetahui Tuhan Yang Maha Kuasa PUPUH IV GAMBUH Samengko ingsun tutur/sembah catur supaya lumuntur/dhingin raga cipta jiwa rasa kaki/ing kono lamun tinemu/tandha nugrahaning Manon// Sekarang saya berkata Empat sembah agar diketahui pertama ragakeduacipta ketiga jiwa, dan keempata rasa nanda di situ jika ditemukan pertanda anugerah Tuhan Sembah raga puniku/pakartine wong amagang laku/sesucine sarana saking ing warih/kang wis lumrah limang wektu/wantu wataking wewaton// Sembah raga yaitu perbuatan orang mengabdi dengan perilaku bersucinya dengan cara air yang sudah biasa salat 5 waktu dasar sifat nya sebagai pedoman Ing nguni-uni durung/sinarawung wulang kang sinerung/lagi iki bangsa kas metokken anggit/mintonken kawignyanipun/sariate elok-elok// Pada jaman dahulu belum dikenal ajaran yang dirahasiakan baru sekarang perihal kas mengeluarkan tulisan memperlihatkan kepandaiannya syariatnya bagus-bagus Thik-thik kaya santri Dul/gajeg kadi santri sabrang kidul/saurute Pacitan pinggir pasisir/ewon kang padha guguru/anggere padha nyalemong// Sedikit-sedikit seperti santriDul tampaknya seperti santri sebelah selatan sepanjang Pacitan tepi pantai ribuan yang mengikuti asalkan setiap bicara Kasusu arsa weruh/cahyaning Hyang kinira den kawruh/ngarep-arep kurup arsa den kurebi/ tan weruh yen urip iku/akale kaliru enggon// Tergesa-gesa ingin mengetahui cahaya Tuhan dikira dapat diketahui mengharapkan hasil akan dikuasai tidak tahu kalau hidup itu akalnya salah tempat Yenta jaman rumuhun/ tata titi tumrah tumaruntun/ bangsa srengat tan winor lan laku batin/ dadi nora duwe bingung/ kang padha nembah Hyang Manon// Kalau jaman dahulu Disusun secara teliti dengan teratur masalah syariat tidak dicampur dengan laku batiniah jadi tidak memiliki kebingungan mereka yang menyembah Tuhan Lire saringat iku/ kena uga ingaranan laku/ dhihin ajeg kapindhone ataberi/ pakolehe putraningsun/ nyenyeger badan mrih kaot// Maksudnya syariat itu dapat juga dinamakan jalan pertama teratur kedua tekun manfaatnya anakku menyegarkan badan agar lebih Wong seger badanipun/ otot daging kulit balung sungsum/ tumrah ing rah memarah antenging ati/ antenging ati nenungku/ angruwat ruweding batos// Orang yang segar badannya otot daging kulit tulang sungsum sampai pada darah membuat hati tenang tenangnya hati selanjutnya meredakankekacauan batin Mangkono mungguh ingsun/ ananging ta sarehne asnapun/ beda-beda panduk panduming dumadi/ sayektine nora jumbuh/ tekad kang padha linakon// Demikian kalau saya tetapi karena asnapun berbeda-beda masing-masing orang sesungguhnya tidak sesuai keinginan yang dilakukan Nanging ta paksa tutur/ rehning tuwa tuwase mung catur bok lumuntur lantarane ring utami/ sing sapa temen tinemu/ nugraha geming kaprabon// Tetapi terpaksa menasihati Oleh karena tua bisanya hanya berkata Barangkali menular sebagai jalan menuju keutamaan barang siapa bersungguh akan menemukan anugerah untuk dipakai di kerajaan Samengko sembah kalbu/ yen lumintu uga dadi laku/ laku agung kang kagungan Narapati/ patitis teteping kawruh/ meruhi marang kang momong// Sekarang sembah kalbu kalau sungguh-sungguh juga menjadi laku laku besar yang memilikinya hanyalah Raja cermat atas ketetapan ilmu mengetahui kepada yang mengasuh Sucine tanpa banyu/ amung nyenyuda hardaning kalbu/ pambukane tata-titi ngati-ati/ atetep telaten atul/ tuladan marang waspaos// Sucinya tidak dengan air hanya mengurangi nafsu di hati pembukaannya teratur teliti dan hati-hati tetap tekun lemah lembut teladan terhadap kebijaksanaan Mring jatining pandulu/ panduking don dedalan satuhu/ lamun lugu legutaning reh maligi/ lagiyane tumalawung/ wenganing alam kinaot// Terhadap penglihatan sesungguhnya manfaatnya sebagai jalan sesungguhnya kalau wajar kebiasaannya menerawang terbukanya alam yang lebih Yen wus kambah kadyeku/ sarat sareh saniskareng laku/ kalakone saka eneng ening eling/ ilange rasa tumlawung/ kono adiling Hyang Manon// Kalau sudah melalui seperti itu dengan syarat sabar segala tindakannya tercapainya dengan diam, hening dan ingat hilangnya rasa terang benderang disitu keadilan Tuhan Gagare ngunggar kayun/ tan kayungyun mring hayuning kayun/ bangsa anggit yen ginigit nora dadi/ marma den awas den emut/ mring pamurunging lelakon// Gagalnya mengumbar kehendak tidak terpikat terhadap selamat segala masalah tulisan kalau digigit tidak jadi maka harap cermat dan ingat terhadap yang mengggagalkan kejadian Samengko kang tinutur/ sembah katri kang sayekti katur/ mring Hyang Suksma/ suksmanen saari-ari/ arahen dipun kacakup/ sembahingjiwa sutengong// Sekarang yang dikatakan sembah ketiga yang sesunggunya diberikan kepada Tuhan camkan sehari-hari raihlah agar menguasai sembahnya jiwa anakku Sayekti luwih prelu/ ingaranan pepuntoning laku/ kalakuwan kang tumrap bangsaning batin/ sucine lan awas emut/ mring alaming alam maot// Sungguh lebih penting dinamakan akhir perjalanan tindakan yang ada tentang batin sucinya dengan waspada dan ingat terhadap alamnya yang sangat Ruktine ngangkah ngukut/ ngiket ngruket tri loka kakukud/ jagad agung ginulung lan jagad alit/ den kandel kumandel kulup/ lan kalaping alam kono// Perawatannya dengan usaha mencapai mengikat erat 3 tempat dikuasai alam besar digulung dengan alam kecil harap dengan mantap anakku terhadap manfaat alam itu Keleme mawa limut/ kalamatan jroning alam kanyut/ sanyatane iku kanyatahan kaki/ sajatine yen tan emut/ sayekti tan bisa amor// Tenggelamnya dengan selimut terhalangi dalam alam kematian sesungguhnya itu kenyataan nanda sesungguhnya kalau tidak ingat sungguh tidak dapat menyatu Pamete saka luyut/ sarwa sareh saliring panganyut/ lamun yitna kayitnan kang mitayani/ tarlen mung pribadinipun/ kang katon tinonton kono// Pengambilannya dari luyut serba sabar segala pikiran kalau waspada kewaspadaan yang bermanfaat tidak lain hanya dirinya sendiri yang kelihatan dilihat disitu Nging aywa salah surup/ kono ana sajatining urub/ yeku urup pangarep uriping budi/ sumirat sirat narawung/ kadya kartika katonton// Tetapi jangan salah paham disitu ada sejatinya cahaya yaitu cahaya harapan hidupnya pikiran berkilau terang bercahaya seperti bintang kelihatannya Yeku wenganing kalbu/ kabuka ta kang wengku-winengku/ wewengkone wis kawengku ing sireki/ nging sira uga winengku/ mring kang pindha kartika byor// Itulah terbukanya kalbu terbukalah yang saling kuasa menguasai kekuasaannya sudah dikuasai olehmu tetapi kamu juga dikuasai oleh yang seperti bintang bercahaya Samengko ingsun tutur/ gantya sembah ingkang kaping catur/ sembah rasa karasa rosing dumadi/ dadine wus tanpa tuduh/ mung kalawan kasing batin// Sekarang saya berkata berganti sembah yang keempat sembah rasa terasa inti kehidupan jadinya sudah tidak dengan petunjuk hanya dengan kasnya batin Kalamun durung lugu/ aja pisan wani ngaku-aku/ antuk siku kang mangkono iku kaki/ kena uga wenang muluk/ kalamun wus padha melok// Kalau belum lugu jangan sekali-sekali mengaku diri mendapat hukuman yang demikian itu nanda boleh juga berwenang terkenal kalau sudah semua mengetahui Meloke ujar iku/ kudu santosa ing budi teguh/ sarta sabar tawakal legaweng ati/ iku den awas den emut/ den memet yen arsa momot// Ketahuannya perkataan itu harus kuat dalam pikiran teguh serta sabar tawakal tulus dihati yang penuh perhitungan kalau ingin menguasai semua Pamote ujar iku/ yen wus ilang sumelanging kalbu/ amung kandel kumandel ngandel ing takdir/ trima lila ambek sadu/ weruh wekasing dumados// Penguasaan perkataan itu kalau sudah hilang kawatirnya kalbu hanya tebal sangat percaya kepada takdir menerima apa adanya ikhlas berwatak baik mengetahui pesan makhluk hidup Sabarang tindak-tanduk/ tumindake lan sakadaripun/ den ngaksama kasisipaning sesami/ sumimpanga ing laku dur/ ardaning budi kang ngradon// Segala tingkah laku tindakannya dengan sahaja memaafkan terhadap kesalahan orang lain hindarilah terhadap tindakan jahat kemarahan pikiran yang menyelimuti Dadya wruh iya dudu/ yeku minangka pandaming kalbu/ ingkang ambuka ing kijabullah gaib/ sesengkeran kang sinerung/ dumunung telenging batos// Menjadikan tahu yang bukan/salah itu sebagai pedoman kalbu yang membuka kepada kijabullah gaib rahasia yang disimpan berada di tengah hati Rasaning urip iku/ krana momor pamoring sawujud/ wujudullah sumrambah alam sakalir/ lir manis kalawan madu/ endi anane ing kono// Rasa hidup itu karena bersatunya satu wujud wujudullah wujud Allah berada di alam semuanya ibarat manis dengan madu mana adanya di situ Endi manis ndi madu/ yen wus bisa nuksmeng pasang semu/ pasamuwaning hep Ingkang Maha Suci/ kasikep ing tyas kacakup/ kasatmata lair batos// Mana manis mana madu kalau sudah dapat menyelaminya pertemuannya air yang Maha suci dipeluk dalam hati terselimuti kelihatan lahir batin Ing batin tan kaliru/ kedhap kilat liniling ing kalbu/ kang minangka colok celaking Hyang Widhi/ widadaning budi sadu/ pandak panduking lir wenggon// Dalam batin tidak salah sekejap kilat dilihat dalam kalbu yang sebagai penerang dekatnya Tuhan keselamatan pikiran baik tempat dan penerapannya seperti tempat air Gonira mamrih tulus/ kalaksitaning reh kang ginuruh/ gyanira mrih wiwal warananing gaib/ paran ta lamun tan weruh/ sasmita jatining endhog// Tempat agar tulus kebaikan tindakan yang diguru didalam agar lepas tutupnya gaib bagaimanakah kalau tidak tahu simbol sesungguhnya telur Putih lan kuningipun/ lamun arsa titah teka mangsul/ dene nora mantra-mantra yen ing lair/ bisaa aliru wujud/ kadadiyane ing kono// Putih dan kuningnya kalau akan lahir mengapa kembali adapun tidak mengira kalau dalam lahir dapatlah bertukar wujud kejadian di situ Istingarah tan metu/ lawan istingarah tan lumebu/ dening jro wekasane dadi ing jawi/ rasakena kang tuwajuh/ aja kongsi kabesturon// Keinginannya tidak keluar dan keinginannya tidak masuk adapun dalam akhirnya menjadi di luar rasakan dengan benar-benar jangan sampai lalai Karana ye kebanjur/ kajantaka tumekeng Saumur/ tanpa tuwas yen tiwasa ing dumadi/ dadi wong ina tan weruh/ dheweke den anggep dhayoh// Karena kalau terlanjur dihukum seumur hidupnya tidak berguna kalau terlahirkan menjadi orang hina tidak mengetahui dirinya dianggap tamu PUPUH V KINANTHI Mangka kanthining tumuwuh/salami mung awas eling/eling lukitaning alam/dadya wiryaning dumadi/supadi nir ing sangsaya/yeku pangreksaning urip// Sebagai bekalnya mahluk hidup selamanya hanyalah waspada dan ingat ingat penciptanya alam menjadi kejayaan hidup agar hilag kesengsaraannya itulah penjaganya hidup Marma den taberi kulup/angulah lantiping ati/rina wengi den anedya/pandak panduking dumadi/bengkas kahardaning driya/supadya dadya utami// Maka hendaklah suka anakku melatih ketajaman hati siang malam berharaplah perilaku makhluk hidup menghancurkan hawa nafsu agar menjadi utama Pangasahe sepi samun/aywa esah ing salami/samasa wis kawistara/landhepe amingis-mingis/pasah wukir reksamuka/kekes srabedaning budi// Pelatihannya dalam sepi hening jangan pisah selamanya sewaktu sudah kelihatan tajamnya amat sangat dijatuhkan di gunung reksamuka dingin .... Hati Dene awas tegesipun/warah warnaning ngaurip/miwah wisesaning tunggal/kang atunggil rina wengi/kang mukitani sakarsa/gemelar alam sakalir// Adapun awas artinya ajaran warnanya hidup serta keuasaannya tunggal yang bersatu siang dan malam yang mukitani kehendak terbentang alam semua Aywa sembrana ing kalbu/wawasen wuwusireki/ing kono yekti karasa/dudu ucape pribadi/marma den sambadeng sedya/wewesen praptaning uwis// Jangan ceroboh dalam kalbu perhatikan perkataanmu di situ pasti terasa bukan ucapaan sendiri maka harus kuat niatnya perhatikan datangnya yang sudah Sirnakna semanging kalbu/den waspada ing pangeksi/yeku dalaning kasidan/sinuda saking sathithik/pamothahing napsu hawa/linalatih amrih titih// Hilangkan keraguan hatihendakah waspada pada penglihatan itulah jalannya kematian dikurangi dari sedikit keinginan hawa nafsu dilatih biar terbiasa Aywa mamatuh nalutuh/tanpa tuwas tanpa kasil/kasalibuk ing srabeda/marma dipun ngati-ati/urip keh rencananira/sambekala den kaliling// Jangan membiasaan mencela tidak berguna tidak berhasil terjerumus oleh godaan maka hendaklah hati-hati hidup banyak rintangannya bahaya hendaknya diketahui Upamane wong lumaku/marga gawat den liwati/lamun kurang ing pangarah/sayekti kerendet ing ri/apese kesandhung padhas/babak bundhas anemahi/ Seumpama orang berjalan jalan berbahaya dilalui jika kurang waspada sungguh tersangkut duri paling tidak tersandung batu akhirnya luka parah Lumrah bae yen kadyeku/atetamba yen wus bucik/duweya kawruh sabodhag/yen tan nyartani ing kapti/dadi kawruhe kinarya/ngupaya kasil lan melik// Wajar saja kalau seperti itu berobat jika sudah luka meski punya ilmu banyak kalau tidak disertai oleh niat jadi ilmunya digunakan mencari hasil dan tujuan tertentu Meloke yen arsa muluk/muluk ujare lir wali/wola-wali nora nyata/anggepe pandhita luwih/kaluwihane tan ana/kabeh tandha-tandha sepi// Kelihatannya kalau akan makan makan perkataannya seperti ulama berulang kali tidak nyata menganggap dirinya pendita lebih kelebihannya tidak ada semua tanda tanda kosong Kawruhe mung ana wuwus/wuwuse gumaib-gaib/kasliring thithik tan kena/mancereng alise gathik/apa pandhita antiga/kang magkono iku kaki// Pengetahuannya hanya pada perkataan bicaranya digaib-gaibkan dikritik sedikit tidak boleh melotot alisnya menyatu apakah pandita antiga yang demikian itu anak Mangka ta kang aran laku/ lakune ilmu sejati/ tan dahwen patiopenan/ tan panasten ora jail/ tan anjurung ing kahardan/ amung eneng amrih ening// Padahal yang dinamakan laku jalannya ilmu sejati tidak banyak bicara dan tidak iri tidak panas hati tidakdengki tidak mengumbar pada nafsu hanya diam agar hening Kaunang ing budi luhung/ bangkit ajur-ajer kaki/ yen mangkono bakal cikal/ thukul wijining utami/ nadyan bener kawruhira/ yen ana kang nyulayani// Terkenalnya budi yang baik mampu adaptasi ananda jika demikian itu awal mula tumbuh benih keutamaan walau benar pengetahuanmu kalau ada yang menolak Tur kang nyulayani iku/ wus wruh yen kawruhe nempil/ nanging laire angalah/ katingala angemori/ mung ngenaki tyasing liyan/ aywa esak aywa serik// Lagipula yang membantah itu sudah tahu kalau pengetahuannya minta tetapi pada lahirya mengalah agar kelihatan membaur hanya membuat enak hati orang lain jangan iri jangan dengki Yeku ilapating wahyu/ yen yuwana ing salami/ marga wimbuhing nugraha/ saking Hep Kang Maha Suci/ cinancang pucuking cipta/ nora ucul-ucul kaki// Yaitu ilafatnya wahyu kalau selamat selamanya sebagai jalan bertambahnya anugerah dari Tuhan Yang Maha Suci diikat dipuncak cipta/pikiran tidak akan lepas ananda Mangkono kang wus tinamtu/ tampa nugrahaning Widhi/ marma ta kulub den bisa/ ambusuki jaring jarmi/ pakoleh lair batinnya/ iyeku budi premati// Demikian itu yang sudah ditentukan menerima anugerahnya Tuhan maka nanda hendaknya dapat mengikuti perkataan orang memperoleh/berguna lahir batinnya yaitu hati dan pikiran yang cermat Pantes tinulad tinurut/laladane mrih utami/utawa kembanging mulya/kamulyaning jiwa dhiri/ora ta yen ngeplekana/lir leluhur nguni-uni// Pantas diteladani dan diikuti jalannya agar utama/mulia atau bunganya mulia kemuliaan jiwa sendiri tidaklah mungkin kalau sama persis seperti leluhur yang dahulu Ananging ta kudu-kudu/sakadarira pribadi/aywa tinggal tetuladan/lamun tan mangkono kaki/yekti tuna ing tumitah/poma kaestokna kaki/// Tetapi selalu ingin semampunya sendiri jangan meninggalkan teladan jika tidak demikian nanda sungguh rugi diciptakan sungguh laksanakanlah ananda. - Pendidikan Kontributor Rizal Amril YahyaPenulis Rizal Amril YahyaEditor Addi M Idhom

amanat serat wedhatama pada 87